Anak-anak zaman
sekitar jam 4 pagi ayah Dowi berangkat mengantar barang-barang jualan ke pasar. Sambil menunggu sang bapak yang akan datang menjemput, ibu Dowi menanak nasi untuk keperluan sarapan keluarga. Tak lama berselang sang bapak telah tiba. Dengan uang lima ribu rupiah yang dia letakkan di samping tivi dan nasi yang telah mateng diletakkah di atas meja makan sang ibu berangkat dibonceng sang bapak ke pasar tempat mereka biasa berjualan semabako. Hari masih gelap azan subuh belum berkumandang, Dowi anak berusia 4,5 tahun, masih terlelap dalam tidurnya. Mimpi-mimpi tentang ibu yang selalu hadir ketika mata mulai menatap dunia di pagi hari menghiasi tidurnya, bapak sang penyayang yang selalu tegas mengambil keputusan untuk menentukan kehidupan di pagi hari juga menemani tidurnya. Namun ketika mimpi telah berlalu dan matahari pagi menyilaukan matanya, Dowi tidak menemukan siapa-siapa yang diharapkan di dekatnya.
Diambilnya uang lima ribu yang ditinggalkan ibu untuk keperluan jajan seharian, kemudian dengan mata masih mengantuk dia menghampiri meja makan, nasi hangat dan mie instan yang tersedia adalah menu sarapan pagi yang rutin, tampa fikir panjang Dowi langsung menyantap hidangan yang ada sekedar untuk menghilangkan rasa lapar. Dengan air seadanya dia guyur sekujur badan tampa sabun dan sikat gigi Dowi mengakhiri mandi paginya, baju yang dia pakai semalaman dikenakan kembali dan langsung berangkat sekolah.
Tepat jam 11.00 Dowi pulang dari sekolah, tak ada siapa-siapa yang ia jumpai karena kedua orang tua masih sibuk dengan dunia mereka. Tas sekolah langsung di lempar ke dalam kamar sementara sepatu dan kaos kaki terbengkalai di halaman rumahnya yang megah, Dowi melesat berlari menuju lapangan karena di sana teman-temanya telah menunggu dengan segudang permainan.
Dowi tumbuh dan berkembang dengan dunianya, teman adalah bapak dan permainan adalah ibu dari perkembangannya. Ia mengusap air matanya sendiri dan melepas tawanya sendiri, ia hanya mempunyai bapak dan ibu biologis, sementara emosi, jiwa dan fikiran diasuh oleh pergaulan dan pertemanan.
Apakah Dowi adalah anak, adik, ponakan kita?, Dowi adalah nyata adanya dalam masyarakat dewasa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar