Kamis, 12 April 2012

Seperti Apakah Keluarga Kita?

Anak-anak zaman
sekitar jam 4 pagi ayah Dowi berangkat mengantar barang-barang jualan ke pasar. Sambil menunggu sang bapak yang akan datang menjemput, ibu Dowi menanak nasi untuk keperluan sarapan keluarga. Tak lama berselang sang bapak telah tiba. Dengan uang lima ribu rupiah yang dia letakkan di samping tivi dan nasi yang telah mateng diletakkah di atas meja makan sang ibu berangkat dibonceng sang bapak ke pasar tempat mereka biasa berjualan semabako. Hari masih gelap azan subuh belum berkumandang, Dowi anak berusia 4,5 tahun, masih terlelap dalam tidurnya. Mimpi-mimpi tentang ibu yang selalu hadir ketika mata mulai menatap dunia di pagi hari menghiasi tidurnya, bapak sang penyayang yang selalu tegas mengambil keputusan untuk menentukan kehidupan di pagi hari juga menemani tidurnya. Namun ketika mimpi telah berlalu dan matahari pagi menyilaukan matanya, Dowi tidak menemukan siapa-siapa yang diharapkan di dekatnya.
Diambilnya uang lima ribu yang ditinggalkan ibu untuk keperluan jajan seharian, kemudian dengan mata masih mengantuk dia menghampiri meja makan, nasi hangat dan mie instan yang tersedia adalah menu sarapan pagi yang rutin, tampa fikir panjang Dowi langsung menyantap hidangan yang ada sekedar untuk menghilangkan rasa lapar. Dengan air seadanya dia guyur sekujur badan tampa sabun dan sikat gigi Dowi mengakhiri mandi paginya, baju yang dia pakai semalaman dikenakan kembali dan langsung berangkat sekolah.
Tepat jam 11.00 Dowi pulang dari sekolah, tak ada siapa-siapa yang ia jumpai karena kedua orang tua masih sibuk dengan dunia mereka. Tas sekolah langsung di lempar ke dalam kamar sementara sepatu dan kaos kaki terbengkalai di halaman rumahnya yang megah, Dowi melesat berlari menuju lapangan karena di sana teman-temanya telah menunggu dengan segudang permainan.
Dowi tumbuh dan berkembang dengan dunianya, teman adalah bapak dan permainan adalah ibu dari perkembangannya. Ia mengusap air matanya sendiri dan melepas tawanya sendiri, ia hanya mempunyai bapak dan ibu biologis, sementara emosi, jiwa dan fikiran diasuh oleh pergaulan dan pertemanan.
Apakah Dowi adalah anak, adik, ponakan kita?, Dowi adalah nyata adanya dalam masyarakat dewasa ini.

Rabu, 11 April 2012

Sembilan Wasiat Rasulullah

Rasulullah pernah bersabda:"Tuhanku telah berwasiat kepadaku dengan sembilan perkara, dan aku wasiatkan kepada kalia(untuk melaksanakannya): Tuhanku berwasiat (1)agar aku berlaku ikhlas, baik secara tersembunyi atau terang-terangan;(2)agar bersikap adil, bai di saat ridho maupun marah;(3)agar bersikap sederhana, baik dalam keadaan kaya atau miskin;(4)agar aku memaafkan orang yang zhalim kepadaku;(5)agar aku memberi kepada orang yang mencekalku;(6)agar aku menyambung silaturrahim dengan orang yang memutuskannya;(7)agar aku menjadikan diamku untuk berfikir;(8)agar menjadikan bicaraku sebagai zikir;(9)agar menjadikan pandanganku untuk mengambil i'tibar(pelajaran)
Di era sekarang ini, dengan kompleksitas permasalahan kehidupan yang kita hadapi,adakah 50% dari wasiat ini yang telah kita jalani dengan istiqomah/ketekunan?. Perlu untuk kita bermuhasabah/menghitung perjalanan hidup yang dijalani sebagai suatu upaya perbaikan dalam menyongsong hari esok dan selalu mengharap hidayah Allah SWT. amien...

Selasa, 10 April 2012

Cara Berkomunikasi dengan Anak

Dalam buku Good Conversation is for Everyone: Ten Steps to Better Conversation, Renate Zorn,mengemukakan; di dalam menjalin komunikasi dengan anak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Tersenyum dengan tulus. Smile and mean it!. Lebih dari 50% komunikasi yang kita lakukan dengan anak menggunakan bahasa tubuh, termasuk bahasa tubuh.
2. Jangan merendahkan anak.
3. Gunakan alat peraga, atau sesuatu yand dapat dilihat didengar dan disentuh anak secukupnya.
4. Menyederhanakan pembicaraan. Karena, anak-anak akan cepat lelah dengan penjelasan yang terlalu detil, atau teori dan konsep. Lebih efektif mengajari anak dengan menggunakan cerita.
5. Bertanya pada mereka. Karena dengan pertanyaan, akan membuat anak-anak berfikir dan terlibat.
6. Antusias di hadapan mereka. Ini untuk membuat mereka tetap terjaga dan tertarik pada topik pembicaraan.
7. Memakai cara pandang anak dalam menilai mereka. Kerap kali kita menilai apa yang dilakukan anak dengan sudut pandang kita orang dewasa, shingga tidak jarang sering terjadi perselisihan anatara apa yang dikehendaki orang tua dengan anak.
8. Jujur kepada anak
9. Melibatkan anak dalam pembicaraan.Disaat kita sedang menjalin komunikasi dengan anak, orang tua banyak mendominasi pembicaraan, oleh karena itu berilah contoh kepada anak bagaimana menjadi pendengar atau menghargai pembicaraan.